Sabtu, 22 Februari 2014

Oleh: Azeza Ibrahim Rizki, pengamat Komunikasi

sejarah hollywood
Tahukah anda bahwa pada tanggal 1 Februari 1887, daerah yang kini bernama Hollywood baru saja didaftarkan secara resmi ke Kantor Pencatatan Daerah Los Angeles (county recorder’s office of los angeles). Hollywood saat itu luasnya sekitar 160 Ha dimiliki oleh pebisnis property, Harvey Wilcox.
Harvey yang lumpuh akibat polio berangan-angan bahwa tempat yang ia beli ini akan menjadi daerah khusus bagi komunitas Kristen yang saleh. Sebuah kota kecil utopis dimana kaum Kristen dapat hidup dengan moral yang terjaga dan jauh dari hal-hal jahat seperti minuman keras. Dengan harapan sedemikian, Harvey dan istrinya Daeida memberi nama daerah tersebut “Hollywood”.
Sayangnya waktu memupus harapan Harvey. Alih-alih menjadi kota utopis dimana kaum Kristen dapat hidup dengan ketaatannya, Hollywood menjelma menjadi industry raksasa perfilman yang penuh dengan fantasi, nuansa glamour, dan aktor serta aktris ternama.
Selain dari sekelumit fakta sejarah tentang asal-usulnya, Hollywood sebagai salah satu sentral industry film dunia, rupanya tidak hanya menampilkan hingar-bingar prestise dan gengsi yang menawan mata jutaan orang. Tapi dibalik itu semua, muncul kritik keras tentang isu kreatifitas.
Sequel,  AdaptationRemakeRipoff
Siapa yang tidak kenal agen 007, tokoh intelegent rekaan karya Ian Fleming ini sudah bolak-balik masuk layar lebar sebanyak 23 kali. Dengan 7 orang pemeran dan 15 director yang berebeda, serial agen 007 ini terbilang cukup sukses mempengaruhi perkembangan kultur pop, terbukti frase “Bond…James Bond” menjadi frase yang catchy dan marak digunakan khalayak.
Larisnya sosok Bond dengan beraneka gadget dan wanita-wanita cantik yang menyertainya tanpa kita sadari meninggalkan tanda tanya besar. Apa yang kita dapat setelah menyaksikan sepak terjang sang agen intelejen ini?
Hiburan?, jawaban yang terlalu klise untuk menjelaskan bagaimana mungkin masyarakat ini bisa dengan konstannya menikmati 23 serial James Bond yang terus diulang lewat berbagai media. Belum lagi jika kita melihat lebih dalam bahwa nyaris tidak ada perubahan konsep dari seluruh film Bond. Dan juga tanpa kita sadari, bukan hanya seri 007 saja yang terus diulang dengan sedikit tambahan kecil disana-sini, tapi hampir rata-rata semua film Hollywood.
Sequel, adaptation, remake, ripoff adalah istilah-istilah perfilman yang bisa disederhanakan pengertiannya dengan konsep “daur ulang”. Artinya, cukup kumpulkan materi dari berbagai sumber yang sudah ada (film, komik, game, novel dll), padu padankan satu sama lain dan jadilah film baru.
Banyak contoh film-film lainnya yang secara konsepsi isinya hanyalah pengulangan dari ide-ide yang sudah ada sebelumnya. “Avatar” garapan James Cameron mungkin jika dilihat dari genre fiksi ilmiah akan terlihat seolah-olah produk revolusioner.
Tapi jika kita lihat isinya, film “Avatar” tidak lebih dari pengulangan film-film sebelumnya seperti “The Last Mohicans”, “The Last Samurai”, “Dances with Wolf”, dan bahkan “Pocahontas”. Bersama film-film tersebut, “Avatar” masuk dalam sub genre dengan konsep “sorry about colonialism”.[1]
Contoh diatas belum mencakup film-film superhero yang hampir muncul setiap tahun dan tentunya dengan alur yang nyaris itu-itu saja.
Budaya Pop, Media Massa dan Hegemoni Pemikiran
Ada beberapa latar belakang penting untuk dipahami bersama agar dapat menjawab pertanyaan mendasar, soal mengapa kebesaran Hollywood tidak membuatnya menjadi lebih “kreatif”.
Pertama kita perlu menelisik kondisi sosial dan budaya masyarakat Barat diakhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Pada era ini, Barat mulai merasakan pergeseran besar dalam kehidupan sosial dan budaya. Jika sebelumnya ada agama dan keluarga yang menjadi salah satu pilar integrasi sosial, Barat yang sudah kadung jatuh hati dengan visi sekular liberalnya justru meninggalkan dua hal tersebut.
Efeknya individualism, anonimitas personal, dan isolasi sosial pun tak terhindarkan. Sadar bahwa mereka butuh “pengikat” sosial baru, para sosiolog Barat melihat bahwa media massa memiliki kapasitas sebagai “penghimpun” masyarakat sekular.[2]
Bersama dengan kondisi sosial masyarakat Barat yang pecah berantakan, media massa dengan kemampuan komunikasinya yang luas melahirkan fenomena budaya baru yang kemudian kita kenal dengan budaya pop atau pop culture. Dalam budaya pop, masyarakat tidak terikat atas dasar ikatan paradigmatis. Dalam budaya pop semua dianggap bersaudara asal sama-sama menunggang motor scorpio misalnya, atau kehormatan tidak lagi terikat pada adab dan budi pekerti, tapi dari seberapa mahal restoran yang sering kita kunjungi.
Sayangnya, Barat tidak berhenti di barat saja. Sebagai pemenang Perang Dunia II, Amerika menjadi duta besar Barat untuk seluruh dunia dengan penguasaannya yang besar terhadap ilmu-ilmu sosial dan media massa[3]. Hegemoni menjadi tidak terelakkan dan negara-negara yang dianggap kurang maju akan ditekan baik secara langsung atau tidak langsung untuk ikut pola sosial dan media massa karya Barat.
Remake Hollywood dan Hubungannya dengan Hegemoni Pemikiran
Penjelasan antara kondisi sosial, media massa dan hegemoni pemikiran diatas sejatinya memiliki kolerasi penting dengan konsistensi Hollywood mendaur ulang ide-ide dalam setiap filmnya. Kolerasi yang paling mudah dilihat adalah bahwa Barat yang diwakili oleh Amerika tidak pernah menginginkan hegemoninya digoyang dengan ide-ide serta pemikiran yang kontra.
Di sini, film-film Hollywood sebagai media massa berperan mempertahankan hegemoni Amerika dengan terus menggulirkan isu yang itu-itu saja. Perbedaan, perubahan gaya yang tidak signifikan serta atribut-atribut tambahan hanyalah bentuk pengelabuan.
Dalam film “World War Z” tahun lalu, Brad Pitt yang berperan sebagai perwakilan PBB dengan heroiknya menyelamatkan seorang tentara wanita Israel dari infeksi zombie. Alegori-alegori semacam ini akan terus dipertahankan, sebagai public relation atau humas dari Amerika Serikat, Hollywood akan terus “mengkomunikasikan” kepentingan Amerika ke seluruh dunia.
Pemuda Indonesia dan Kreativitas a la Hollywood
Hollywood yang tidak “kreatif” itu sayangnya masih dianggap sebagai kiblat pemuda-pemuda kita. Bisa kita lihat dengan mata gamblang berapa banyak remaja Indonesia yang gandrung dengan cerita cinta sekelas sinteron macam “Twilight Saga”, atau malah gemar dengan sosok playboyarogan macam Tony Stark?
Budaya pop yang menjangkiti pemuda-pemuda kita inilah yang membuat mereka krisis identitas, karena di umur yang sedemikian, pemuda kita yang rapuh ilmu agamanya dan rentan ikatan keluarganya ini akan mudah terseret arus mengidolakan figure yang bahkan sangat tidak bagus.
Celakanya, Hollywood bukan satu-satunya “tangan” yang mengontrol dan memastikan budaya pop menyebar secara massif ke seluruh dunia. Lewat dunia akademik kita dicekoki konsep-konsep sekular liberal, sementara budaya kita dikepung informasi satu arah menuju budaya popular. Jika kita masih bergerak lambat dan bersikap acuh tak acuh, mungkin anak-anak kita nanti akan memanggil orangtuanya dengan nama langsung, seperti yang dicontohkan film-film Hollywood itu.
Kreativitas itu sejatinya tersimpan dalam nilai dan makna, kalau Cuma ahlivisual effect, CGI, dan 3D, serahkan saja itu semua pada robot. Manusia menjadi mulia bukan karena tampilan tiga dimensinya.


[1] . Kirby Ferguson.  everythingisremix.info
[2]  Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, terj. Putri Iva Izzati (Jakarta:Penerbit Salemba Humanika, 2012)
[3]  J. Tunstall, The Media were American, (Oxford: Oxford University Press, 2007)

Minggu, 16 Februari 2014

KOMUNIKASI BAWAH SADAR


PERNAHKAH Anda ‘berbicara’ dengan teman Anda lewat alam bawah sadar? Atau lebih tepatnya, ‘berkomunikasi’ secara bawah sadar. Sebuah komunikasi tanpa kata, tetapi ‘lawan bicara’ Anda mengerti apa yang Anda maksudkan. Saya kira hampir semua kita pernah.
Ada yang berkomunikasi lewat pandangan mata. Ada yang berkomunikasi lewat bahasa tubuh. Bahkan ada yang berkomunikasi tanpa melihat mata ataupun bahasa tubuh, melainkan lewat ‘perasaan’ saja. Saat hal itu terjadi, Anda tidak sedang berkomunikasi menggunakan pikiran sadar yang bertumpu pada logika dan rasionalitas, melainkan dengan pikiran bawah sadar yang mengandalkan ‘perasaan’.
Ada dua orang sahabat karib yang saling memandang, tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal. Menurut Anda, dia menggunakan bahasa logika ataukah bahasa perasaan? Atau, ada seorang kawan dekat bercerita pengalamannya yang menarik, tetapi sebelum selesai menyampaikan, Anda sudah memotongnya, ’’Cukup, cukup, bwahhaha…, Aku sudah mengerti maksudmu..!’’ Menurut Anda itu mekanisme sadar atau bawah sadar?
Saya sendiri sering menyanyikan suatu lagu yang sama dengan yang dinyanyikan isteri, tanpa sengaja. Dalam sebuah perjalanan mengendarai mobil, tiba-tiba saya menyanyikan sebuah lagu favourite saya. Uniknya, dalam waktu sama istri saya juga menyanyikan lagu itu, pada bait yang sama, dengan nada dasar yang sama, bersamaan pula. Menurut Anda itu, mekanisme sadar ataukah bawah sadar?
Kasus begini sangat banyak terjadi di sekitar kita. Bisa antara kawan dekat, antara suami isteri, antara ibu dan anak, antara sepasang kekasih, antara saudara, dan orang-orang yang memiliki kedekatan psikologis. Kenapa ini bisa terjadi? Inilah yang disebut ‘resonansi energial’ itu. Tidak lewat panca indera, lantas ke otak. Melainkan lewat lorong energi antara Jantung-Otak, dan langsung ditangkap sistem limbik di otak tengah.
Cara kerjanya jauh lebih cepat dibandingkan dengan kerja pikiran sadar. Jika Anda menggunakan pikiran sadar, maka mekanismenya menjadi begini: sebuah ‘cerita lucu’ didengar oleh telinga, kemudian diubah menjadi gelombang listrik oleh gendang telinga dan perangkat telinga bagian dalam, lantas diteruskan ke pusat pendengaran di otak. Sinyal listrik di pusat pendengaran itu kemudian disebarkan ke seluruh bagian otak untuk dibandingkan dengan memori tentang ‘kelucuan’. Jika sinyal itu cocok dengan memori lucu yang tersimpan di otak, maka otak memperoleh persepsi ‘lucu’. Dan lantas memerintahkan organ-organ dan kelenjar yang terkait dengan tertawa. Mungkin sambil mengeluarkan air mata, ‘ginjal-ginjal’ alias jingkrak-jingkrak, dan lain sebagainya, dan seterusnya.
Wah, ‘lambat’ sekali..! Apalagi, kalau lantas didahului proses berpikir secara logis-rasional: ‘’ini lucu apa nggak ya secara rasional..?! Atau: ‘’masuk akal nggak ya kalau cerita ini disebut lucu..?! Dan logis nggak ya, kalau aku tertawa..??!’’ Waduuhh, tambah semakin lambat aja, hhehe..!
Meskipun, itu hanya terjadi dalam orde detik. Tetapi, itu jauh kalah cepat dibandingkan dengan proses bawah sadar yang menggunakan perasaan. Perbandingannya sekitar 200 ribu kali lipat. Pikiran sadar hanya bisa mengolah data maksimum sekitar 10 bit secara bersamaan. Sedangkan alam bawah sadar bisa mengelola data sampai 2 juta bit secara bersamaan.
Mekanisme bawah sadar bekerja secara spontan. Mirip orang yang fobia kecoa, lantas dilempari kecoa. Spontan dia akan menjerit dan berlari ketakutan. Begitulah cara kerja alam bawah sadar. Nggak pakai mikir, nggak pakai rasio, nggak pakai logika. Yang ada hanya imajinasi dan perasaan yang bersifat ‘emosional’. Negatif maupun positif.
Mekanisme spontan seperti itulah yang terjadi dalam komunikasi perasaan. Atau komunikasi bawah sadar. Pusat mekanisme tidak di permukaan otak, melainkan berada di lorong energi ‘poros otak-jantung’. Kesamaan frekuensi menjadi landasan utama terjadinya komunikasi bawah sadar itu. Cara kerjanya, mirip dengan pemancar radio dengan pesawat radionya.
Jika Anda memutar tombol radio (jenis radio lama), atau searching secara digital (jenis radio baru), maka itu artinya Anda sedang menyamakan frekuensi pesawat radio Anda dengan stasiun pemancar. Ketika frekuensi sudah matching, maka seluruh informasi yang dipancarkan oleh stasiun radio akan sampai ke pesawat radio Anda. Sangat sederhana, bukan..? Kuncinya, hanya pada kesamaan frekuensi, maka terjadilah resonansi.
Ini juga mirip dengan dua gitar yang disetem sama nada-nada senarnya. Jika dua gitar itu didekatkan, lantas dipetik salah satunya, maka gitar yang lain akan ikut bergetar meskipun tidak dipetik. Itulah resonansi alias imbas getaran. Yang demikian ini akan terjadi juga pada alat-alat musik lainnya yang memiliki tabung resonansi, misalnya alat tiup, atau gong, dan semacamnya. Tabung resonansi itu bakal bergetar-getar seiring dengan frekuensi apa saja yang ada di sekitarnya, asalkan frekuensinyamatching.
Begitulah cara kerja lorong energi di poros Otak-Jantung. Yang dengannya seseorang bisa melakukan komunikasi bawah sadar. Dengan menggunakan perasaan. Gelombang otak yang kekuatan medan magnetiknya hanya sekitar 10^(-13) Tesla akan menjadi ratusan kali lebih kuat jika diproyeksikan ke gelombang jantung yang memiliki medan magnet 5^(-11) Tesla. Dengan kata lain, perasaan yang muncul di sistem limbik akan menjadi jauh lebih kuat ketika bergetar di jantung. Itulah yang kita rasakan sebagai debaran jantung. Gelombangnya bisa kita muati dengan informasi untuk berkomunikasi dengan orang lain, secara telepati. Ataupun makhluk lain.
Pada level Alam Bawah Sadar kita bisa berkomunikasi dengan makhluk berjiwa lainnya. Misalnya dengan binatang atau tumbuhan. Bagi yang tidak punya pengalaman tentang ini, mungkin sulit percaya. Tetapi bagi mereka yang punya hewan peliharaan ataupun hobi bercocok tanam, hal ini sudah biasa. Berkomunikasi dengan mereka, tentu saja, tidak harus dengan bahasa verbal. Tetapi dengan bahasa perasaan.
Suatu ketika, kawan saya ingin mengusir sejumlah ayam yang berkerumun di dekatnya. Ia mengatakan: ‘’Hai ayam, tolong dong kamu pergi dari sini..’’. Hhehe, ayam-ayam itu tidak mau pergi..! Apalagi, pakai bahasa Jawa halus: ‘’Nyuwun sewu poro pithik, panjenengan sedoyo dipun aturi enggal-enggal tindak saking mriki..!’’ Wallah, malah ‘krasan’ mereka.. :) Dengan sederhananya, kawan saya yang lain membentak ayam-ayam itu dengan kata: Huussy..hussy..!! Dan semua ayam itu pun pergi berhamburan.
Kebetulan saya di rumah punya peliharaan puluhan ikan koi. Setiap kali saya lewat di dekat kolam, mereka selalu berebutan berenang di permukaan. Dan kalau saya mencelupkan tangan saya ke air, mereka mendekat semua dengan jinaknya sambil ‘menciumi’ tangan saya. Terserah saya mau berkata dengan bahasa apa, mereka tetap bisa merasakan ‘pancaran perasaan’ saya.
Yang demikian ini juga bisa terjadi pada tanaman. Yang kebetulan, saya juga hobi memelihara berbagai macam tanaman. Daun dan bunga-bunganya menjadi segar-segar ketika kita memberikan perhatian yang tulus kepada mereka. Dan kemudian menjadi layu dan kurus, ketika kita mencuekinya. Itulah ‘bahasa energial’ yang terpancar dari poros otak-jantung. Kuncinya cuma menyamakan frekuensi antara kita dengan mereka yang kita ajak berkomunikasi.
Pada level yang lebih halus, kita akan bisa berkomunikasi dengan makhluk yang lebih rendah derajat hidupnya. Yakni di level Tak Sadar. Bukan berarti, lantas kita harus tidur dulu baru bisa berkomunikasi. Meskipun, istilah Tak Sadar itu memang mewakili kondisi tidur lelap. Ternyata, seseorang bisa merasakan efek ‘tak sadar’ itu pada kondisi sadar. Yakni dengan ‘mencampurkan’ fase gelombang kesadaran Beta, Alfa, Teta dan Delta dalam komposisi yang pas.
Ketika Anda sedang sadar penuh, maka otak Anda akan memancarkan gelombang Beta pada frekuensi di atas 14 Hz. Jika frekuensi ini diturunkan, maka otak Anda akan memancarkan gelombang Alfa yang bergetar antara 8-13 Hz. Kalau ini diturunkan lagi, otak Anda akan memancarkan gelombang Teta, yang bergetar pada 4-7 Hz. Di fase Alfa-Teta inilah mekanisme bawah sadar bekerja. Lebih rendah lagi, otak kita akan memancarkan gelombang Delta pada getaran di bawah 0,1-4 Hz, dimana kita telah memasuki wilayah ‘Tak Sadar’.
Dengan teknik tertentu, seseorang bisa mencampur fase-fase gelombang kesadaran itu sehingga komposisinya menjadi ‘sangat sedikit Beta’, dicampur ‘agak banyak Alfa-Teta’, dan dipadukan dengan ‘cukup banyak Delta’. Efeknya, ia akan berada di persimpangan antara Sadar, Bawah Sadar dan Tak Sadar. Orang itu, akan bisa merasakan getaran-getaran dari alam Tak Sadar. Mulai dari tingkat seluler, sampai ke molekul, atom-atom, dan partikel-partikel penyusunnya.
Sehingga, dia bukan hanya bisa merasakan dan berkomunikasi dengan dirinya sendiri, melainkan bisa merasakan dan berkomunikasi dengan alam semesta. Bisa membaca ‘tanda-tanda’. Bisa merasakan informasi yang tidak tertangkap oleh orang lain, yang memang fase kesadarannya belum bisa mencapai Delta. Orang semacam ini menjadi ‘waskita’. Jauh lebih tajam dibandingkan dengan mereka yang hanya memancarkan gelombang Beta di fase ‘Sadar’, ataupun Alfa-Teta di fase Bawah Sadar. Karena, ketika bisa memasukkan unsur Delta secara harmonis, ia akan masuk ke wilayah ‘benda mati’. Berkomunikasi dengan mereka tanpa bahasa verbal, tapi bisa merasakan dan memahaminya.
Itulah yang diceritakan oleh Al Qur’an, terjadi pada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman yang bisa berkomunikasi dengan binatang, angin, gunung-gunung, dan bahkan bangsa jin. Mekanisme ini pula yang terjadi ketika Allah menyampaikan wahyu kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Atau sebaliknya, seluruh alam bertasbih mengagungkan Sang Penguasa Jagat Raya.
QS. Fush shilat (41): 12
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
QS. Saba’ (34): 10
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami wahyukan): “Haigunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya,

Senin, 08 April 2013

PEJUANG MASA SEKARANG
Keanekaragaman topografi alam semesta mampu melahirkan manusia tangguh yang lahir dan besar di Bratang Printis Kecamatan wonokromo Kabupaten Surabaya, sekitar 300km dari tugu pahlawan dengan julukan Kota Pahlawan ini.
            Alamat yang berada di sebelah selatan kota Surabaya ini, memiliki alam yang nyaman. Udara begitu sejuk, maklum saja tempat ini jauh dari jalan Raya.  perkampungan harmonis dengan watak penghuni yang santun. Sayangnya kampung indah ini harus terkena wabah gusur dari Pemerintah. Setiap detik mereka terhantui oleh perasaan was was. dengan modal terdesak, warga berjuang dengan sekuat jiwa dan raga.
            Printis memiliki sekitar berpuluh-puluh keluarga. Mereka menikah dan melestarikan keturunan mereka. Anak-anak kecil yang mungil dan menjadi tumpuan harapan para warga. Anak-anak ini menjadi secercik harapan bagi para warga. Pendidikan anak-anak merupakan hal yang penting bagi tumpuan harapan yang akan mencerahkan kampung dan cahaya bagi kehidupan Warga. Pada pagi hari, anak-anak berlari riang ke sekolah. Mereka tak pernah merasakan beban yang ada dalam benak orang tua mereka. Sore hari, anak-anak ini memanfaatkan waktu luang mereka dengan mengaji TPA(Tempat Pendidikan Al-qur’an). Berdirinya TPA kampung ini, tak lain karena semangat para ustad yang menamankan budaya agama islam bagi anak-anak kecil yang akan meneruskan kehidupan ini.
            Bratang bukanlah sebuah desa yang terpinggir, Bratang mampu bangkit dari ketidakbecusan pemerintah dalam mengatur Stren Kali. Usaha manusia yang tangguh nan perkasa membuat semua berubah. Ketidakberdayaan warga akan pemerintah menjadi pemicu semangat untuk menunjukkan kepada pemerintah bahwa inilah kampung yang dulu kata orang akan di Gusur. Kemandirian warga Stren tercermin indah dalam wadah memakmurkan warga Stren.
Soft News


Pelantikan GP ANSOR Kelurahan Ngagel rejo bunga bagi keluarga cak gondrong
 
Surabaya (06/09) - Berkat acara yang diadakan GP ANSOR Kelurahan Ngagelrejo  pada pelantikan pengurus baru, pedagang kaki lima (PKL) yang berada di jalan Bratang Gede meraup keuntungan berlipat. Pasalnya hanya ialah satu-satunya pedagang yang berjualan di sekitar sana. Warung kecil milik Gondrong (30) ini berada tepat di depan area parkir. Sehingga banyak pengunjung yang membeli dagangannya. Menurut Cak Gondrong, dagangan yang paling laku terjual adalah dagangan sejenis air mineral, permen, rokok dan makanan ringan. "Akan tetapi ada juga pengunjung yang mebeli koran, katanya sih bisa dipakai buat kipas-kipas kalau kepanasan," ujar cak Gondrong

Rabu, 27 Maret 2013

komunikasi antar pribadi

memahami diri pribadi =====> kualitas diri
kualits diri dari ===> interaksi sosial
persepsi / intrprestasi terhadap ===> sensasi berita ter hadap objek
persepsi ===> yang dapat di tangkap dari panca indra
kalau didapat dari dalam diri itu merupakan proses menuju persepsi
persepsi
1. pengalaman
2. selektif
3. penyimpulan
4. tidak akurat karena cepat menyimpulkan
5. efaluatif

didapat dari, pak yoyon mujiono 

komunikasi antar pribadi

pesan : hal yang bermaknah dan mengurangi ketidak pastian
kan dan tor wajib memaknahi pesan agar komunikasi bagus. pesan yang sudah di keluarkan tidaklah bisa diralat karena meskipun dapat di ralat, hanyalah merupakan simbolik pencitraan.
denotatif : kata bahasa =========> kamus
dengan berpengalaman dapat menjadikan orang tersebut dapat lebih mudah memaknahi yang konotasi.

Rabu, 24 Oktober 2012

Ada beberapa niat sembelihan beserta hukumnya, sebagai berikut:
  1. Mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala
Jika suatu sembelihan hanya ditujukan kepada Allah semata, maka dapat dipastikan orang tersebut telah mentauhidkan Allah dalam hal ibadah. Contoh dalam hal ini adalah kurban, aqiqah dan lain sebagainya. Ini adalah contoh sembelihan yang baik dan halal.
  1. Mendekatkan diri kepada selain Allah Ta’ala
Hukum dari niat menyembelih hewan karena ingin mendekatkan diri kepada selain Allah adalah syirik akbar, syirik yang sangat besar dan nyata. Hasilnya hewan sembelihan haram dagingnya untuk dimakan. Haramnya lebih besar daripada sembelihan yang disebut nama selain Allah. Hal ini sudah termasuk dalam kekafiran yang mendekatkan diri kepada selain Allah. Meskipun yang “didekati” adalah termasuk ke dalam kategori orang saleh semasa hidup.
  1. Tidak niat beribadah kepada siapapun
Hukum dari tidak berniat untuk beribadah kepada siapa dan apapun adalah diperbolehkan, selama dalam penyembelihannya menyebutkan nama Allah. Hal inilah yang paling banyak terjadi dalam kehidupan kita, yakni orang-orang yang melakukan sembelihan untuk dijual dagingnya.

Daging hasil sembelihan ahli kitab adalah Halal

Khusus untuk sembelihan ahli kitab, walaupun mereka tidak menyebut nama Allah, sebagian ulama berpendapat bahwa daging hasil sembelihannya tetap halal dimakan. Hal ini didasarkan kepada keumuman yang ada pada firman Allah yang artinya:
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka.” QS. Al Maidah: 5

Tidak boleh menyembelih di tempat yang menyekutukan Allah

Ada larangan untuk menyembelih hewan di tempat yang biasa digunakan untuk menyembelih hewan untuk selain Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala sebagai berikut yang artinya:
Janganlah kamu shalat di masjid itu selamanya.” QS. At Taubah: 108
Di dalam ayat ini Allah melarang orang yang beriman shalat di tempat yang biasa digunakan untuk shalat kepada selain Allah, maka demikian pula bahwa kita dilarang menyembelih hewan untuk Allah di tempat yang biasa digunakan untuk menyembelih hewan kepada selain Allah.

Cara menyembelih harus sesuai syariat

Selain semua niat dan tempat, yang terakhir adalah penyembelihan yang dilakukan harus sesuai dengan syariat. Yakni dengan pisau yang tajam dan memotong urat nadi dan pernafasan hewan. Tujuannya adalah tidak menyiksa hewan. Selain cara yang disyariatkan dalam Islam, maka sembelihan itu tertolak amalnya. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang artinya:
Barang siapa yang membuat perkara baru (dalam agama) kami ini yang bukan bagian dari agama ini maka ia tertolak.” HR. Muslim